Mata
ibunya masih merayap antara malam dan subuh. Wanita itu melangkah menuju dapur
dan mengambil air untuk wudhlu. Kemudian dia tunaikan solat subuh. Dia
bangunkan anaknya itu yang sedang malas-malasan untuk solat. Tetapi tetap saja
dia tak mau bangun.
Tangan
anak itu justru menyanggah tangan ibunya. Dia bentak ibunya hingga ibunya
terkaget dan jantungnya berdetak kencang. Kemudian dia tidur lagi. Ibunya
mengelus dada melihat kelaukan anaknya.
“Mir,
bangun! Sudah subuh!”
“Ah,
nanti saja, aku mau tidur dulu.”
Kemudian
ibunya membuka tirai dan dingin menggerayangi anaknya. Anaknya tetap tidak mau
solat. Kemudian mendorong ibunya hingga terjatuh. Dia memaki ibunya dan
mengatakan yang tidak-tidak pada ibunya.
“Sudah
aku bilang, aku mau tidur dulu.”
“Tapi
aku hanya membangunkanmu, Nak.”
“Ini
jam berapa, adzan pun belum berkumandang.”
Karena
tidak mau berbuat menyakiti anaknya, ibunya segera keluar dari kamar dan
meninggalkan anaknya. Dia kemudian mengaji dan berwiridan. Anaknya sebenarnya
mendengarkan, tetapi hanya berpura tidak tahu saja.
Esok
hari terang sekali. Matahari makin meninggi. Lamir buka sarungnya dan melihat
matahari sudah mulai meninggi. Dia bangun kemudian mandi dan makan. Kemudian
pergi untuk nongkrong bersama temannya.
Di
sebuah tongkrongan, teman-temannya sudah berkumpul. Mereka semua iuran untuk
beli miras. Tiap hari harus minum miras. Kalau tidak miras rasanya kurang
lengkap. Lamir membeli miras bersama beberapa temannya.
Uang
Lamir habis hanya untuk miras bersama beberapa temannya itu. Mereka kemudian
duduk sambil bermain kartu. Mereka kemudian bermain judi dengan taruhan uang
dan sepeda motor. Saat itu, Lamir kebetulan menang. Uangnya bertambah banyak.
Dia dapat motor pula.
Lamir
yang menang dan sukacita, meminum setenggak botol miras kemudian bercerita
tentang betapa kesalnya dia tadi pagi. Dia mengumpat seenaknya dan memaki-maki
dirinya sendiri. Kemudian dia sambil duduk menyalakan rokoknya.
“Kalian
tahu, tadi pagi apa yang aku alami?”
“Ceritalah!”
“Aku
kesal, dia selalu menyuruhku bangun dan bangun.”
“Kau
dasar, memang tidak tahu diri kau.”
“Ah,
kalian sama saja kan.”
“Kalau
aku jadi kamu, aku jorokkan dia hingga terpental.”
“Sudah
seperti biasanya memang begitu.”
Mereka
tertawa terkekeh-kekeh sambil cengar-cengir dan matanya mengatu-ngatup. Mereka
nikmati permainan itu sampai habis. Kemudian tertawa kembali sampai puas.
Lewatlah depan mereka seorang wanita bernama Mirsanda.
Mirsanda
seorang wanita yang mereka mau godai tiap hari. Tiap Mirsanda lewat depan
mereka, mereka selalu menggodanya. Memang tiada yang cantik selain Mirsanda,
kalau bagi Lamir. Mereka tertawa lagi terkekeh-kekeh.
“Hai,
cewek, mau kemana?”
“Jangan
ganggu aku!”
“Ah,
mau kemana, aku cuman tanya.”
“Jangan
ganggu aku!”
“Hoih,
mau kemana, aku tanya kamu. Jawab!”
Mirsanda
ketakutan, kemudian dia diperkosa oleh Lamir dan beberapa kawannya. Lamir
merasa puas sudah menggagahi Mirsanda dan lalu menumpahkan segala keinginannya
pada Mirsanda.
Mirsanda
dibuat tidak sadar. Dia merasa lelah dan shock dengan perbuatan Lamir dan
kawan-kawannya. Lamir sudah memperoleh keperawanan Mirsanda, wanita itu sudah
direnggut oleh beberapa orang.
Lamir
yang puas, kembali pulang ke rumah. Dia dan kawannya meninggalkan Mirsanda
begitu saja. Mirsanda ditemukan oleh pak RT dengan beberapa helai bajunya yang
terkoyak-moyak sudah.
Pak
RT meminta beberapa orang untuk mengangkat Mirsanda dan membawanya pulang ke
rumah. Mirsanda masih tak sadarkan diri akibat perbuatan itu. Disadarkannya
Mirsanda oleh pak RT dan beberapa warga yang menemukannya.
Sementara
Amir pulang ke rumah, dia dalam keadaan mabuk dan matanya memerah. Dia dobrak
pintu dan terdorong pintu itu dengan snagat keras. Pintu itu kemudian
ditendangnya. Pintu itu sampai jebol dan terpecah belah jadi dua.
Lamir
menyerahkan uang ke ibunya. Dia suruh ibunya belanja. Dia kemudian tidur di
kamar. Sampai menjelang petang dia tidur tanpa ada yang ganggu. Ibunya tidak
tahu uang itu darimana. Yang dia tahu, anaknya bekerja di suatu tempat.
Mirsanda
yang sadar, bercerita tentang kebejatan Lamir dan beberapa kawan-kawannya.
Mirsanda dipaksa melayani nafsu bejat dari Lamir dan kawan-kawannya. Dia
dicekoki miras dan membuat kepalanya pusing. Lalu mereka bergantian naiki badan
Mirsanda.
“Siapa
yang menyentuhmu pertama kali, Nak?” tanya ayah Mirsanda.
“Bebeberapa
orang. Lamir dan kawannya.”
“Mereka
semua?”
Mereka
semua dengan tertawa terkekeh-kekeh setelah melakukan perbuatan tersebut pada
Mirsanda, Lamir dan kawan-kawannya malam itu pun berkumpul lagi. Seorang lelaki
yang salah satunya juga sudah melakukan perbuatan bejat pada Mirsanda segera
berlari dan mengabarkan kalau pak RT dan teman-temannya tahu kalau Mirsanda
sudah diperkosa oleh mereka.
“Kalian
harus berhati-hati, mungkin polisi akan datang malam ini.”
“Ah,
masa bodoh. Wanita sombong itu harus diberi tahu.”
“Iya,
kita kencingi saja rumahnya malam ini.”
Mereka
pun berangkat ke rumah Mirsanda dan mengencingi rumahnya. Bau rumah
Mirsanda baunya air kencing. Batu-batu
dilemparkan ke rumah Mirsanda hingga membuat genteng rumah Mirsanda bocor dan
berlubang.
Lamir
kemudian mengendarai motornya bersama kawan-kawannya. Dia pulang menuju
rumahnya dan dia dapati rumahnya tertutup rapat. Pintu digedor-gedor dengan
keras, tetapi tidak ada jawaban dari dalam rumah.
Dia
kemudian berteriak-teriak memanggil ibunya. Tetapi tidak dia dapati ibunya
keluar. Kemudian ada tetangga yang lewat situ. Tetangganya menegur perbuatan
Lamir yang teriak-teriak. Karena tak suka, kemudian dia melemparkan batu pada
orang itu.
Ibunya
sedang mengaji, dia sedang mengaji dengan keras, sehingga tidak mendengar
teriakan anaknya. Anaknya kemudian membuka pintu dan ditemukannya ibunya di
balik pintu itu. Ibunya melihat wajah anaknya.
Baru
saja, pintu mau dibuka, beberapa orang datang meneriaki Lamir. Mereka membawa
Mirsanda bersamanya dan mau menuntut perbuatan Lamir dan kawan-kawannya.
“Hei,
mau kemana kamu. Tanggungjawab.”
“Siapa
kalian?”
“Kami
menuntut perbuatan kamu padanya.”
“Wanita
ini?”
“Kamu
harus bertanggungjawab.”
“Bukan
aku saja yang melakukannya.”
Kebetulan
ada komplotannya yang mengawasi dan melihat pembicaraan Lamir. Karena Lamir
telah membuka rahasia perbuatan bejatnya dan kawan-kawannya, jadinya mereka
tertangkap basah semua.
Dia
mengadukan perihal itu kepada kawannya yang lain. Mereka semua marah karena
sudah tertangkap basah melalui Lamir. Lamir yang tertangkap segera melarikan
diri dan berlari menuju teman-temannya.
Semua
pengikut pak RT mengejar Lamir hingga sampai di tempatnya Lamir. Tetapi Lamir
tetiba itu ditusuki oleh pisau teman-temannya. Dia sampai berdarah-darah. Darah
mengucur deras keluar dari badannya.
Dia
terbunuh oleh beberapa tusukan pisau di badannya. Teman-temannya melarikan diri
dan pak RT membawa jasad Lamri yang berlumuran darah ke rumahnya. Ibunya
menangisi kepergian Lamir.
Mirsanda
yang trauma karena itu sulit disembuhkan. Dia terbayang beberapa wajah-wajah
dari orang yang merudapaksa dia. Dia merasa tertekan dan sulit melupakan itu.
Wanita itu kini jadi gila dan setiap hari berdiam di rumah. Tidak pernah terurus
dan selalu menatap langit-langit dengan tatapan mata beku dan kosong.
Desember 2022
Muhammad Lutfi, S.S. lahir di Pati, tanggal 15 November 1997. Merupakan anak pertama dari pasangan Slamet Suladi, Spd., Mpd., dan Siti Salamah, Spd. Memiliki adik, bernama Yasin Fajar Augusta. Sedang melanjutkan kuliah pascasarjana di UNNES. Bidang sarjana sastra Indonesia diselesaikan di UNS. Buku yang pernah ditulis, puisi: Aku dari East City, Taka, Gugat, Mata Sengsara, Balada Untung Suropati. Cerpen: Bunga Dalam Air, Tabula Rasa, Pelaut. Novel: Senja, Bisma Pahlawan Hidup Kembali, Berlayar, Zahra dan Kotak Pandora. Drama: Asuh, Elegi. Buku filsafat: Kakawin Wiradarma, Serat Tri Aji. Buku Ajar: Sastra Mistik, Pengkajian Puisi, Kritik Sastra dan Aplikasinya pada Puisi Chairil Anwar. Bekerja sebagai guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Jaken. Bergiat di komunitas Rumput Sastra. Mendirikan TBM Rumput Sastra dan mendirikan redaksi cyber sastra. Dulu juga sempat bekerja sebagai jurnalis selama 4 bulan, kemudian sebagai guru di SMK swasta. Juara yang pernah diraih: juara 1 penulisan puisi, juara 1 tulis puisi, juara 2 penulisan puisi UNS, juara 3 lomba puisi di sastra Asean Vaganza. Beberapa karyanya berupa esai, cerpen, kritik sastra, dan puisi, serta naskah drama dipublikasikan di: solopos, apajake, balai bahasa bali, balai bahasa semarang, Kompas, koran amanah, koran Selangor, koran suara serawak, semesta seni, ellipsis.
Komentar
Posting Komentar