Usai bincang Refleksi Kosong Kosong |
Bulan syawal hampir usai, menyisakan berbagai bekas yang
membuat kita kembali kepada ruang yang penuh kehangatan. Tepat pada 15 Syawal 1439 H / 29 Juni 2018
Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK) kembali hadir menyapa warganya dengan suguhan menarik, sederhana namun sarat akan makna. Dengan mengambil tajuk D’RUANG
#00 “Refleksi Kosong Kosong” PSK hendak menghidupkan kembali semangat bersastra yang
pernah membara.
Diskusi dan halal bi
halal ini diawali dengan akustik dan pembacaan puisi oleh Bima W.S, Bahrul Ulum A. Malik dan M. Lukluk Atsmara Anjaina yang
ketiganya merupakan penulis buku “PARTIKELIR (RefleksiKosong – Kosong)”. Buku ini merupakan kegelisahan pegiat PSK. Misal PSK
diundang untuk membaca puisi tidak lagi membaca selebaran kertas, tapi buku yang diterbitkan sendiri oleh PSK.
musik sebagai selingan yang asyik di tengah obrolan "Refleksi Kosong Kosong" |
Selanjutnya,
diskusi dibuka oleh Muhammad Aslih dengan melontarkan beberapa pertanyaan terkait maksud dan tujuan diadakannya D’RUANG #00 ini. “PSK ini memiliki 2
tajuk kegiatan, yang pertama NgopiSastra dan yang kedua D’RUANG. Selama ini, D’RUANG menjadi wadah bagi pegiat dan khalayak umum untuk menampilkan karyanya. Apakah dengan diadakannya
D’RUANG #00 ini sebagai upaya mereset, mematikan dan menghidupkan kembali PSK yang baru?”
ujarnya. “Kami sengaja mereset kegiatan
D’RUANG yang telah berjalan sebelumnya, bukan bermaksud mematikan kemudian menghidupkan lagi PSK dengan wajah yang
baru dengan segala kebaruan yang ada. Tetapi hanya sebatas moment, di mana masih moment
syawal, jadi kita reset menjadi kosong-kosong,” ujar Bima W.S, Penanggungjawab kegiatan.
PARTIKELIR Antologi Puisi: Bahrul Ulum Amalik, Bima WS., M. Lukluk Atsmara Anjaina |
Tema Refleksi Kosong Kosong diambil sebagai upaya instropeksi diri, mengaca kembali perihal apa yang
pernah dilakukan dan apa yang telah diperbuat oleh PSK. Sejatinya PSK sebagai Komunitas Sastra telah beberapa kali
menghelat acara besar dengan mengundang sastrawan daerah maupun nasional. Memperingati event-event sastra dengan mengadakan lomba dan sebagainya. Namun, semua itu terjadi beberapa hari yang
lalu, beberapa minggu yang lalu bahkan beberapa bulan yang lalu.
Moderator kemudian memberi kesempatan kepada hadirin untuk ikut rembug,
merefleksi PSK dengan segala kekurangannya. Salah satu pegiat PAC
IPNU Kaliwungu, Aldila mengungkapkan kerinduannya dengan kegiatan-kegiatan
PSK, “PSK inikan merupakan komunitas yang menggunakan namaKaliwungu. Tetapi, saya lihat akhir-akhir ini tidak ada kegiatan untuk meramaikan Kaliwungu. Apalagi kegiatan saat ini justru dilaksanakan
di kopiSufi
yang domisilinya di Brangsong? Temen-temen IPNU IPPNU Kaliwungu sebenarnya juga banyak yang
meminati dunia sastra, tetapi belum ada yang memfasilitasi untuk mereka mengembangkannya. Barangkali PSK bias bekerjasama untuk menyemarakkan kaliwungu bersama IPNU-IPPNU.” Ujarnya.
“PSK ya tetap Pelataran Sastra Kaliwungu,
sesuai apa yang ada di legalitas PSK pada SK Kemenkumham. Masalah di kopiSufi hanya tempat saja. Bisa juga nanti di
Kendal dan di mana saja,” Ujar Bahrul Ulum, Presiden PSK, menanggapi.
Hadirin lainnya, Angga, seorang musisi dari Semarang
merespon sepinya kegiatan PSK yang telah berdiri sejak 2009 dengan mengajak berkegiatan di
alam yang lebih umum, mengenalkan kepada masyarakat tentang sastra, dengan tajuk Sastra Trotoar menjadikan PSK
lebih hidup dalam dirinya sendiri, lahir dari masyarakat dan kembali kepada masyarakat. Bisa dijadikan rujukan untuk menarik masyarakat mencintai sastra, khususnya masyarakat kaliwungu sendiri.
Selain dihadiri oleh teman-teman Kaliwungu
dan Kendal, D’RUANG #00 ini juga
dihadiri oleh beberapa pegiat Seni dan Sastra dari Blora,
Semarang dan Magelang.
Selain itu juga diadakan launching buku “PARTIKELIR (RefleksiKosong – Kosong)” __Anja/PSK
Ayo bangkit PSK...tunjukan pada dunia bahwa kaliwungu bisa
BalasHapusterima kasih, doa dan dukungannya Kang. Salam Budaya
BalasHapus