Pengantar
Sebagai ungkapan
pikiran dan perasaan paling dalam dari seseorang, yang awam sering menyebutnya
penyair, maka puisi itu ibarat ‘cahaya’ yang terbit dari ufuk kehendak (karsa)
untuk memberikan cercah pencerahan pada kehidupan. Oleh sebab itu, tidaklah
mengherankan, bila kehadiran dan keberadaan penyair dan karyanya (puisi) seolah menjadi ‘sang
pencerah’, terutama bagi masyarakat pembaca atau apresiatornya. Segala yang
diungkapkan oleh penyair melalui pilihan bahasa, frasa, kata-kata, tanda-tanda
baca, imaji, dan lainnya merupakan hasil kristalisasi pengalaman dan
penghayatannya terhadap kehidupan. Bahwa kemudian puisi yang telah tercipta itu
dapat menemukan ‘jalan nasibnya’, maka seringkali perlu ruang dan waktu untuk
mensosialisasikan, agar terjadi dialektika komunikatif.
Dalam ranah dunia kemenyairan, wilayah Pantura (barat)
Jawa Tengah adalah salah satu gudangnya para penyair. Kota-kota seperti
Semarang, Tegal, Kendal, Brebes, Pekalongan, Pemalang, Batang adalah beberapa
kota yang telah memberikan kontribusi bagi tumbuh kembangnya dunia kemenyairan
dimaksud. Kota-kota tersebut laksana lahan kebun yang subur bagi para kreator
puisi.
Melihat kenyataan itu, taklah berlebihan apabila ini kali Taman Budaya Jawa
Tengah bekerja sama dengan Komunitas Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, berusaha mewadahi ‘hasil
kebun’ kemenyairan itu
dengan menerbitkan seri dokumentasi sastra edisi antologi puisi Pendhapa
#20 bertajuk “Cahaya dari Kebun
Kata”.
Ada sekitar 75 buah puisi karya dari 15 penyair yang
terhimpun di dalam antologi ini. Tanpa diikat oleh tema, maka puisi-puisi yang
tersaji amatlah beragam, demikian pula dengan gaya penulisannya. Setiap penyair
memiliki keunikannya sendiri, Jika dianalogikan bahwa puisi-puisi mereka itu
seperti cahaya warna-warni, dan buku antologi ini sendiri seperti sebuah ‘kebun
cahaya’, yang memancar bagai pelangi.
Tentu saja, kerja dokumentatif yang berupa penerbitan
buku antologi ini merupakan rangkaian yang terpisahkan dari kegiatan Panggung
Sastra lainnya, yaitu pembacaan dan diskusi karya, yang menjadi program
kegiatan Taman Budaya Jawa Tengah. Oleh sebab itu, ucapan terimakasih layak
disampaikan kepada Komunitas Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal yang memungkinkan
peristiwa literasi ini dapat terselenggara. Terimakasih pula disampaikan kepada
Bahrul Ulum LK selaku kurator yang telah bekerja secara optimal dengan
menginvetarisasi, memilah, dan memilih para penyair dan karyanya, serta kepada
Widyanuari Eko Putro yang telah berkenan memberikan ulasan sekaligus sebagai
pembicara dalam diskusi karya, pun kepada ke 15 penyair yang terlibat,
Akhir kata, kami
berharap,
semoga
kehadiran antologi puisi ini mampu memperkaya khazanah pustaka Sastra Indonesia
mutakhir, sekaligus dapat merangsang kerja kreatif puitika bagi penyair yang
terlibat, para pembaca,
dan siapa pun yang mengapresiasi. Semoga berkenan dan memberi manfaat.
Salam,
penyunting
Wijang
J. Riyanto
Komentar
Posting Komentar