dRuang Buletin Sastra #2 Desember 2015


dRuang Buletin Sastra #2 Desember 2015
PSK | Pelataran Sastra Kaliwungu

Cover dRuang #2

AHMAD IRFAN | BAHRUL ULUM LK | DIDIK ARIF HIDAYAT 
FITRIYANI AYUNINGTYAS | M. MAZWAH HIDAYAT




Ahmad Irfan
CELOTEH REMAH-REMAH

Kau dan aku merucut dari kemah-kunyah
Rontok dari ambang kerakusan,
Menjadi remah-remah
Ketika juragan kita melahap sambil terbahak.
Berdaya bagaimana?
Batin Cuma memekik, ”semoga tuan tersedak”

Sementara tuah kita mengenyangkan,
Kau dan aku mengotori meja makan.
Membikin juragan risih,
Mengibas serbet coklat, yang memang tak bersih

Kau dan aku memang tak akan jadi apa
Karena tak perlu dan tak mengapa
Setidaknya kau dan aku tak terkunyah dan jadi tahi esoknya.
Tahi tak dikenang siapa-siapa
Sedang kau dan aku, bakal diangkut semut,
Membikin juragan bersungut-sungut,
Kau dan aku yang remah-remah
Lepas menyerapah, ” turun dan enyahlah!”



Ahmad Irfan “vanbigram” adalah Master Ambigram Indonesia, lahir di Blora 22 Mei 1989. Bisa disapa melalui 544E5B1B atau  082138483706 email : ahmad666irfan@gmail.com



Puisi  
Didik Arif Hidayat
KELUH LELAH

Ku tlah berusaha meyakinkan dunia tentang keberadaanku
Kata saling mungkin sakral bagiku
Bahkan sampai detik ini belum mampu ku menyentuhnya
Mungkin belum saatnya atau memang sebuah misteri yang harus ku pecahkan

Tertunduk dan smakin menciut saja aku menatapnya
Seolah tiada arti

Huaaa ... Di sudut pandangku yang satu ini
Aku sungguh tak bernyali
Usang, kerdil layaknya bonsai semak yang tak punya kata indah
Di tepian hanya bisa memandang riuh
Yang seolah riang di benaknya
Hemmm ... sungguh indah dunia yang bersebelahan ini
Sudut pandangku yang berseberangan dengan kata syukur



Fitriyani Ayuningtyas
RANGKAIAN BUNGA UNTUK IBU

Sesosok anak kecil nampak ceria dengan senyum lebarnya
Berlari kian kesana kemari dengan gembura
memilih serta memetik bunga yang memikat hatinya

Sesekali dilihat dan diciumnya bunga indah nan elok itu
sambil tetap melirik bunga lainnya
Tangkai demi tangki ia kumpulkan
Hingga pada akhirnya langkahnya terhenti
pada satu titik yang merengkuh pandangannya

Ya, dilihatnya setangkai mawar putih berseri pun besar
Perlahan ia memetiknya dengan hati-hati
Sebab jika tidak, durinya akan melukai tangan mungilnya

Ia menatapnya tajam sembari menikmati wanginya
Setelah puas menghirup bau khas sang mawar
Kini matanya tertuju pada sebuah benda
Karet bekas yang tergeletak diatas tanahpun diambilnya

Dirangkailah bunga-bunga tadi menjadi satu kesatuan
Meski hanya dengan sebuah ikatan kecil
Namun terlihat nampak cantik nan rapi

Selepas itu,
Kemudian ia berlari menghampiri sosok wanita
yang sedari tadi memperhatikan dirinya dengan senyum
Dengan semangatnya, rangkaian bunga indah itu
lalu diberikan tepat diatas pangkuan sang wanita
Sembari berkata “Aku menyayangimu, Bu”

  
Fitriyani Ayuningtyas
KETIKA KAU LAHIR

Ketika kau lahir
Seketika hening menyapa tubuh mungilmu
Takjub mendengar jerit tangismu

Ketika kau lahir,
Hanya air mata yang mampu bercerita
Bukan karna cengeng ataupun lemah
Tapi hanya tetesnyalah yang kuat  mewakili hati dan mulut berbicara

Ketika kau lahir,
Dunia baru telah lahir
Dan kau pun akan segera menapakinya

Ketika kau lahir,
Segalanya telah siap
Entah sesuatu akan menjadi baik atau bahkan sebaliknya
Sebab dunia ini sungguh memang mulai keras

Tapi tenanglah,
Ketika kau lahir
Tuhan sediakan 2 malaikat tak bersayap yang
akan siap menuntunmu, mengajarimu, melindungimu dan merawatmu
untuk menghadapi masa depanmu nanti
Mereka adalah orang tuamu, Ayah dan Ibumu
Sayangilah mereka seperti Tuhan menyayangimu
Maka segalanya akan menjadi baik untukmu

    
Cerpen
Fitriyani Ayuningtyas
BINGKISAN UNTUK SEPOTONG HATI YANG TERPISAH

            Debur ombak menari dengan begitu indahnya, membuat gadis berparas cantik itu enggan untuk meninggalkan apa yang dilihatnya. Ia hanya memandang gejolak air asin itu sedari tadi. Senja yang selalu mengiringinya untuk duduk termenung menceritakan segala keluh kesahnya tiap hari.
            Wajah cantik nan berseri kini tak seperti dulu lagi.Kini wajah cantiknya nampak penuh beban dan linangan air mata. Raut wajahnya begitu lesu, bagaikan memendam pilu yang tak menentu. Tak terlihat lagi senyum indah pada dirinya. Semua itu karna satu alasan, yaitu kepergian Iwan, orang yang begitu Ia sayangi.
            “Disa, udah dong! Mau sampai kapan kamu seperti ini? Lupain dia,Dis! Mana Disa yang aku kenal dulu? Mana Disa yang selalu ngejailin tiap hari di sekolah? Mana Disa yang selalu ketawa-ketawa tiap hari? Mana Disa yang selalu ngasih suport kalau aku dan teman-teman punya masalah? Mana,Dis? Mana? kamu itu kuat, Dis!! Ayo dong, jangan kayak gini terus !! aku gak mau kenapa-kenapa!” bentak Tara mengoyah-goyahkan tubuh lemah Disa.
            Seperti biasa, Disa hanya terdiam tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Linangan air mata yang jatuhlah yang mampu menjawab kata-kata Tara. Cucuran itu begitu deras tiap kali Tara menyuruhnya untuk melupakan kekasihnya itu.
            “Dis, lihat aku! Tatap mata aku! Masih banyak orang yang sayang sama kamu, Dis! kamu nggak boleh kayak gini terus!” serunya sekali lagi.
            Disa menatap mata Tara dan kemudian memeluknya erat. Kali ini mulut manis Disa berbicara.
            “Aku benci hidup ini, aku benci, Tar! Kenapa Tuhan itu nggak adil ke aku! Kenapa Tuhan begitu jahat, Tar! Aku sayang Iwan, Tar. Tapi Tuhan begitu cepat memisahkan kami! Tar,aku pengen Iwan disini lagi!!” ucapnya keras.
            Ia menjerit dipelukan Tara. Tubuh Tarapun menjadi korban pelampisan kemarahannya. Dipukulnya tubuh Tara dengan segala kebencian yang dirasakan Disa atas nasib malangnya saat ini. Tara melepaskan pelukannya dan berkata,
            “Disa, Tuhan itu adil. Tuhan itu nggak jahat sama kamu! Mungkin Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang istimewa buat kamu nanti nanti. Kamu harus sabar nunggu kado dari Tuhan! Usap air mata kamu, Dis! Sekarang kita pulang, Ya!” ajaknya.
            Akhirnya, ajakan itu Disa terima. Tarapun mengantarnya pulang. Disepanjang perjalanan, canda tawa selalu Tara lontarkan untuk menghibur sahabat cantiknya itu. Namun, Disa masih saja terlihat murung. Meskipun begitu, Tara tak pernah lelah untuk mengembalikan lagi semangat  dan canda tawa Disa seperti dulu.
            “Disa, aku pulang dulu,Ya? Kalau ada apa-apa, telfon aku saja. Jangan sedih lagi, ya? SEMANGAT !!” ucap Tara menyemangati Disa.
            Meskipun hanya senyum kecil yang Disa lontarkan, tetapi Tara bersyukur karna masih ada senyum dibibir merahnya yang menenangkan hati Tara.
            Sesampainya Tara dirumah, handphonenya berdering begitu keras.
            “Halo, siapa, Ya?” tanyanya.
            “Halo, Tar. Ini aku, Iwan. Gimana kabar Disa, Tar?”
            “Kamu? Iwan? Oh, hebat ya! Setelah pergi tanpa kabar bak kuman ditelan bumi, kamu masih punya nyali untuk tanya kabar Disa? Kamu tau nggak, kalo kamu itu udah bikin Disa kecewa. Gara-gara kamu, Disa cuma bisa murung dipinggir pantai, nangis kalau ingat sama kamu! Kamu tau nggak itu, Haa?!” bentaknya pada Iwan.
            “Tar, aku minta maaf. Aku tau aku salah, tapi aku melakukan ini juga untuk kebahagiaan aku dan Disa, Tar.” Ucapnya lirih.
            “Apa kamu bilang? Kebahagiaan kamu dan Disa? Cuma kamu aja kali yang bahagia! kamu tau, selama kamu pergi, setiap hari Cuma air mata dan wajah lesu yang nampak darinya dipinggir pantai dengan harapan kamu bisa datang nemuin dia! Dan gara-gara kamu juga, cewek yang aku kenal periang, jail, yang selalu ketawa, kini udah nggak ada lagi ! semua itu karna apa? Karna kamu yang udah ninggalin dia tanpa kabar dan sebab!” seru Tara.
            “Dengerin aku, Tar. Selama ini aku menghilang karna aku harus berobat ke Singapura melawan penyakit kanker otak yang selama ini aku derita! aku sengaja tidak memberitahu Disa, karna aku yakin dia pasti bakal khawatir karna aku, selain itu pun aku juga sedang fokus dengan kesembuhanku tanpa siapapun mengganggu. Selama ini aku berjuang keras melawan penyakit ini karna Disa, Tar. Aku cuma ingin hidup lebih lama dengan Disa tanpa harus ada beban penyakit yang aku derita! Dan sekarang aku udah sembuh, Tar. Aku sembuh!” ucapnya sembari memohon.
            “I..Iwan,? aku  minta maaf udah salah paham ke kamu. Maaf, Wan. Lalu, kapan rencanamu pulang nemuin Disa? aku harap kamu bisa secepatnya karna aku semakin khawatir dengan keadaannya sekarang!” lirihnya.
            “Malem ini aku terbang ke Indonesia,Tar. Setelah itu, aku bakal langsung nemuin Disa dan minta maaf ke dia. Makasih, Tar?” telfonpun berakhir.
            Keesokan harinya, seperti biasa. Setiap sore Disa hanya termenung di tepi pantai. Mencurahkan segala isi hatinya bersama ombak dan karang. Hari ini tak seperti kemarin, sebuah tangan terulur dari belakang, membawa boneka berbentuk hati dan cokelat kesukaannya. Sontak Disa kaget dan berbalik badan. Betapa terkejutnya Ia ketika seseorang itu ternyata Iwan kekasih yang selama ini Ia rindukan
            “Iwan!!” ucapnya sembari memeluk erat tubuh Iwan.
            Rasa rindu itupun tumpah ruah bersama tangis kebahagiaan Disa. Memeluknya sembari memukul-mukul dan melontarkan apa yang Ia rasakan karna Iwan. Iwanpun meminta maaf dan menjelaskan alasan mengapa selama ini dirinya menghilang tanpa kabar dari Disa. Hanya tangis yang mampu ia ungkapkan sebagai wakil dari ungkapan sang hati yang tak mampu diucapkan oleh mulut. Yang Ia pikir, mungkin Tara benar bahwa pada saat itu Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah untuknya. Dan inilah jawabannya, bingkisan indah dari Tuhan untuk sepotong hati yang terpisah. Tuhan telah menyatukan kembali dua insan yang saling menyayangi bersama cinta kasih yang tertanam oleh anugerah Tuhan yang istimewa.
            Pada akhirnya, akan ada waktu dimana yang hilang kembali, yang pergi datang lagi. Entah diganti dengan yang baru atau yang lama itu memperbarui dirinya. Percayalah, setiap air mata akan diubah menjadi tawa bahagia. Segala usaha akan dijawab Tuhan tepat pada waktunya. Sejauh apapun berlari, sekuat apapun melepaskan. Bila Tuhan sudah menyatukan nama kita, kita akan kembali pada satu titik temu kembali nanti.Dan jika sesuatu ditakdirkan untuk kita, sampai kapanpun itu tidak akan menjadi milik orang lain. Karena pada akhirnya pula, akan ada seserang yang datang dengan niat membahagiakan tanpa berpikir untuk meninggalkan.
            Apa yang ada, sebenarnya sudah menjadi harapan kita. Kadang Tuhan menyembunyikan mentari dan kita gelisah tiada henti. Lalu, Tuhan mendatangkan kilat dan guruh. Sehingga hati kita terus-terusan mengeluh, sedih mencari-cari cahaya. Padahal, Tuhan hanya ingin memberi kita sebuah pelangi dengan warna-warninya yang indah. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah dari apa yang kita harapkan.

***
@yus



***
Cewek yang kerap disapa Ayus ini bernama lengkap Fitriyani Ayuningtyas. Lahir di Batang 8 Pebruari 1997. Tinggal di Kaliwungu, tepatnya Kp. Puri Permai RT. 01 RW. 15 Ds. Plantaran Kec. Kaliwungu Selatan Kab. Kendal. Aktif menulis sejak kelas II SMA, dan sekarang menempuh pendidikan di STIKES Ngesti Widi Husada Kendal Jurusan Farmasi. Bias disapa melalui PIN BB 59CC1DAA HP. 085742756924 FB. Fitriyani Ayuningyas dan Email : fitrianiayuningtyas@gmail.com



 Catatan Perjalanan
EMPAT TAHUN PSK
Oleh : Bahrul Ulum LK


Jumat 9 Desember 2011 PSK (Pelataran Sastra Kaliwungu) berdiri atas inisiatif Muhammad Khafidin (Tokoh Muda Kendal, yang aktif berorganisasi diberbagai tempat) dan Bahrul Ulum LK (penikmat sastra). Cikalbakal PSK sebenarnya sudah ada sejak tahun 2006 yang dipelopori oleh beberapa pemuda yang aktif “Ngopi dan Ngobrol” di sebuah pelataran, tepatnya di halaman sebuah sekolah -- MI NU 04 Kumpulrejo Kaliwungu dan pertemuan itu terjadi pada malam hari, sekumpulan pemuda waktu itu ada dalam Komunitas Wedang Kopi Jahe (Kowekohe). Nah, dari situlah nama `PSK` terinspirasi, Pelataran (latar, halaman, teras, suatu tempat tanpa atap -- langsung menuju langit), Sastra (dominan dari pembahasan kami), dan Kaliwungu (di mana tempat kami berdomisili atau asalnya).
Waktu terus berjalan tanpa henti, kami harus aktif diberbagai kegiatan, anjang sana-sini, belajar dan berproses menghasilkan sesuatu yang manfaat bagi diri maupun orang lain. Dulu sebulan sekali kami mengadakan kegiatan “NgopiSastra” diskusi, pelatihan, pentas monolog, lomba atau memberi wadah bagi teman-teman yang akan launching/ bedah buku karyanya. Beberapa teman yang sudah gabung diantaranya ada yang berasal dari Madura, Jogjakarta, Brebes, Demak, Semarang, Salatiga, dll. Tentu di wilayah Kaliwungu maupun Kendal sendiri kami aktif dan berinteraksi dengan komunitas lain, semisal Kebun Sastra Kendal, Komunitas Lereng Medini, Komunitas Tebing, Rumah Diksi, juga DK-2 Dewan Kesenian Kendal. Selain itu kami juga mengundang Seniman/ Sastrawan untuk mengisi acara NgopiSastra, sebut saja Prof. Mudjahirin Tohir, Ahmadun Yosi Herfanda, Gunoto Sapari, Djawahir Mohammad, Eko Tunas, Mahmoed Elqodry, Itos Budi Santoso, Slamet Priyatin, Kelana Siwi Kristyaningtyas, Setia Naka Andrian, dan beberapa tokoh yang tak diragukan lagi dalam dunia seni dan sastra.
Tak terasa kini PSK telah 4 tahun, masih banyak kekurangan yang harus kami genapi. Untuk itu kami butuh dukungan, kritik dan saran dari elemen komunitas pun masyarakat. Sebab kami tak dapat berdiri sendiri. Di ulang tahunnya yang ke-4 ini kami persembahkan “dRuang Buletin Sastra” kado kecil sebagai wadah karya bagi siapa saja yang berpikiran maju dan cerdas. Selamat berproses!!

***
@langitkendal


Bahrul Ulum LK, lahir di Kendal 16 Juli 1983. Berkomunitas bersama PSK sejak 2011. Buku antologi puisinya terangkum dalam “Bumi di Atas Langit” 2013. Pengajar di MI NU 04 Kumpulrejo, Kaliwungu Kendal. 584D95C2,  085641402250  langitkendal@gmail.com



M. Wahyu Hidayat
TEKAD

Pagi ini terasa sepi
walau suara burung-burung berkicau kencang
rasa ini tetap hampa tak bermakna
cobalah tengok keluar
banyak orang-orang bersibuk ria menikmati hidupnya
berjuanglah...!!! Ambil duniamu kembali...!!!
dengan khayalan kamu hanya mendapatkn impian
tapi dengan bertindaklah engkau akan mewujudkan segala-gala-gala-galanya...


M. Wahyu Hidayat
IMPIAN

Kaki ini sepertinya tidak ingin diam sejenak
ingin rasanya mencari-cari sesuatu yang belum ku mengerti
waktu yangg sering menunda
fikiranpun selalu membayang
ingin rasanya aku berada pada titik pencapaian

  

CeritaMini 
M Wahyu Hidayat
METALLAS DI ATAS AWAN MERBABU

Tanggal 9 dan 10 Mei 2015 sahabat Metallas yang beranggotakan 6 orang yaitu Wahyu Hidayat, Saifuddin Zuhri, Ahmad Irfan, Agus Supriyono, Agus Supriyanto, dan Mahfud Syaifuddin menapakan kaki di gunung Merbabu.
Selama perjalanan dari Kendal menuju base camp gn. Merbabu sering kali kita bertanya pada seseorang ke mana arah gn. Merbabu berada. Di tengah perjalanan kita berhenti sejenak untuk beli bekal dan bertanya kembali. Akhirnya pun kita sampai di base camp gn. Merbabu.
Hujan menyambut kedatangan kami. Setelah hujan reda, tepat jam 14:00 kita mulai registrasi dan pendakian dimulai, jalan perlahan mulai menanjak, banyak pohon menjulang disertai udara yang begitu sejuk. Sesampai di pos 1 kita istirahat sejenak sambil mengisi ulang air yang sudah disediakan di sana.
Tak lama kita melanjutkan perjalanan kembali, pos demi pos kita lewati, hari pun mulai gelap dan kita pun mulai menyalakan senter. Di pertengahan jalan kabut mulai turun, perlahan mulai turun grimis hingga aku bertanya ini kabut apa hujan sih kok deras banget....???
Perjalanan makin berat dikarnakan tanjakan makin meninggi ditambah medan yang becek pula. Kondisi badan semakin melemah, langkah kakipun terasa berat untuk melangkah.
Setelah itu kita sampai di Puncak Watu Tulis dan kitapun mendirikan tenda di sana. Sudah banyak pendaki lainnya yang tiba di sana mendahului kita, kitapun disambut dengan segelas kopi yang tentunya supaya tetap semangat, dan katanya NGOPI DULU BRO....Muehehe
Di pertengahan malam ketika yang lain pada tidur, Irvan bilang pada ku...
Irvan : Le....Ambekanku gak sampe paru-paru
Saya : Lha terus aku kon piye le...wong aku dewe sikile teng klenyer ngene....  (bingung sendiri-sendiri)
Akhirnya pagi hari pun datang, Awan merah mulai terlihat, mentari perlahan mulai menyinari. Dan keindahanpun nampak oleh mata. Sungguh indah ciptaan-Mu.
Terimakasih kepada Allah SWT, terimakasih bayak kepada temen-temen Metallas atas kerjasamanya.Tak lupa terima kasih Gn.Merbabu.

***
@metallaz

   

---

M Wahyu Hidayat, panggil aja Wahyu atau Dayat. Lahir di Kendal 31 Desember 1988. Tinggal di Jl. Sawahjati Gg. Cempaka No. 46 Kaliwungu Kendal. Berkantor di Bengkel Metallas (Owner), menerima pesanan pagar, pintu, trails, kanopi dll. Pin 5A41F0B8 Email : wahyu666hidayat@gmail.com 

Komentar