Kantata Takwa merupakan film dokumenter musikal Indonesia
yang dirilis pada tahun 2008 arahan sutradara Eros Djarot dan Gotot Prakosa
yang dibuat berdasarkan konser akbar proyek seni Kantata Takwa di Stadion Utama
Gelora Bung Karno, Jakarta, tahun 1991. Film ini mengalami banyak kesulitan
dalam pembuatannya karena sarat dengan tema sosial politik dan kritikannya yang
sangat tajam pada sistem pemerintahan Orde Baru Indonesia yang represifsaat
itu, sehingga pembuatannya memakan waktu 18 tahun hingga dirilis. Film ini
diputar secara premier di Indonesia mulai tanggal 26 September 2008 di Jakarta
di jaringan bioskop Indonesia Blitzmegaplex dan kemudian dalam berbagai
festival film internasional.
Latar Belakang
Pembuatan film ini dimulai dari Agustus 1990, dan baru
dirilis September 2008 akibat mengalami banyak kesulitan. Film ini dibuat
berdasarkan konser akbar proyek musik Kantata Takwa di Stadion Utama Gelora
Bung Karno, Jakartapada era Orde Baru tahun 1991, didukung oleh seniman kondang
Indonesia W.S. Rendra dan musisi-musisi kawakan dari grup musik
"Kantata", yaitu Iwan Fals, Sawung Jabo, Jockie Surjoprajogo, dan
Setiawan Djodi. Konser "Kantata Takwa" yang ditampilkan dalam film
ini adalah yang diadakan pada bulan April 1991, yang kemudian dilarang tampil
setelah penampilan selanjutnya di Surabaya. Konser ini adalah simbol perlawanan
dan oposisi terhadap pemerintah penguasa saat itu, disuarakan dengan lantang
dalam konser tersebut melalui syair dan lagu yang sarat dengan nuansateatrikal.
Saat awal proses pembuatannya, film ini didukung oleh banyak
sineas Indonesia, dimana banyak yang diantaranya tergabung dalam Institut
Kesenian Jakarta (IKJ). Banyak yang diantaranya telah meninggal sebelum film
ini diselesaikan dan dirilis. Film yang pada awalnya di-shoot dengan kamera
35mm ini tidak dapat dirilis pada era pemerintahan Orde Baru. Setelah
diselesaikan dan dirilis tahun 2008, perbedaan dengan versi awalnya hanya dalam
format digital mediumnya saja. Rol filmnya harus disimpan selama kurang lebih
18 tahun akibat berbagai kesulitan dalam pembuatannya, termasuk karena Krisis
finansial Asia 1997 yang merambat ke gonjang ganjingnya politik di Indonesia
dan jatuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998. Setelah datangnya era
reformasi di Indonesia, film ini akhirnya dapat dilepaskan dari belenggu
represif, walaupun para kritikus film Indonesia sangat menyayangkan
keterlambatan film ini. Walau umumnya mendapat sambutan positif, film ini
mendapat kritik yang bercampur antara masih relevan atau tidaknya dengan kehidupan
dan situasi Indonesia setelah era reformasi.
Iwan Fals dalam adegan eksekusi film "Kantata Takwa" |
Sinopsis
Film ini adalah sebuah puisi kesaksian dari para seniman
Indonesia tentang masa represif rezim Orde Baru Soeharto. Sebuah masa yang
banyak diwarnai dengan korupsi, kolusi, nepotisme, dan banyaknyapenangkapan,
penculikan, bahkan pembunuhan para aktivis yang tidak memiliki ideologi yang
sama dengan pemerintah penguasa saat itu. Termasuk dalam orang-orang tadi
adalah W.S. Rendra, seorang penyairyang harus keluar-masuk penjara karena
karya-karyanya dianggap menyindir dan mengkritisi pemerintah. Seniman dan
penyanyi Iwan Fals,Sawung Jabo, Jockie Surjoprajogo, dan Setiawan Djodi yang
sering menyuarakan keadaan sosial masyarakat Indonesia pada saat itu juga harus
berhadapan dengan kemungkinan pencekalan oleh pemerintah penguasa. Suara
kesaksian para seniman tersebut ditumpahkan dalam konser akbar mereka, sebuah
pertunjukan seni "Kantata Takwa".
Film dibuka dengan adegan W.S. Rendra yang bermimpi tentang
orang-orang yang berlari dikejar sekelompok orang yang mengenakan masker gas,
bersepatu militer, mengenakan jas hujan dan menenteng senjata api laras
panjang, seolah menggambarkan bagaimana represifnya situasi tersebut. "Aku
mendengar suara..... Jerit makhluk terluka.... luka... luka.... Orang-orang
harus dibangunkan... ", dilanjutkan alunan lagu "Kesaksian".
Kemudian W.S. Rendra membacakan syair panjang yang berisi kritik tajam terhadap
kondisi masyarakat dan pemerintahan.
Adegan demi adegan kemudian dibentuk oleh dialog / monolog
teater dan puisi yang disambung dengan lagu-lagu yang diambil dari album
Kantata Takwa dan Swami I dan dibalut dengan cuplikan-cuplikan konser akbar
"Kantata Takwa" tahun 1991 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Latar berpindah dari sebuah pedesaan yang damai ke pantai berpasir dengan angin
menderu yang mengibarkan jilbab dan selendang sekelompok wanita, mengisi
atmosfer dengan nuansa religius, ke latar orang-orang teater yang menari dengan
mengenakan topeng mengerikan, kemudian sebuah adegan dialog antara Iwan Fals
dan Sawung Jabo yang duduk bersila membicarakan kehidupan.
Syair-syair W.S Rendra dan lagu-lagu dari "Kantata
Takwa" dan "Swami" menyertai adegan demi adegan dalam film ini,
diselingi dengan munculnya seorang tokoh wanita yang mengenakan busana jilbab
(Clara Sinta Rendra), yang selalu hadir menjadi saksi tanpa kata-kata. W.S.
Rendra akhirnya diadili oleh hakim dengan banyak wajah bertopeng, dan film
mencapai adegan klimaks dalam eksekusi personel "Kantata" satu persatu
oleh pasukan bermasker, dimanaJockie Surjoprajogo tewas dipukuli di rumahnya,
Setiawan Djodi tewas dibekap dengan bantal saat tidur, Sawung Jabo tewas
ditembak di sebuah jalan buntu, dan Iwan Fals dieksekusi dengan dicabut giginya
satu persatu. Film diakhiri dengan perlawanan orang-orang desa melawan pasukan
bermasker, hancurnya pasukan bermasker, dan ditutup dengan alunan lagu
"Kesaksian".
Penghargaan
Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) - Film Terbaik 2008
- Golden Hanoman Award
Asia Pacific Screen Awards 2008 - Nominasi untuk Film
Dokumenter Terbaik
Nominasi dalam Hawaii International Film Festival 2008.
Nominasi dalam Osian Cine Fan, New Delhi 2008.
Pemain
W.S. Rendra
Iwan Fals
Sawung Jabo
Setiawan Djodi
Jockie Surjoprajogo
Clara Sinta Rendra (putri kandung W.S. Rendra)
Bengkel Teater Rendra
Musisi
Musisi yang terlibat dalam film ini adalah musisi-musisi
kondang Indonesia yang juga terlibat dalam pembuatan album "Kantata
Takwa", "Swami I", "Swami II" dan tampil dalam konser akbar
"Kantata Takwa" tahun 1991.
Iwan Fals - Gitar/Vokal
Sawung Jabo - Vokal/ Gitar / Perkusi
Jockie Surjoprajogo - Keyboard / Piano / Vokal
Setiawan Djodi - Gitar / Vokal
Totok Tewel - Gitar
Nanoe - Bass
Innisisri - Drum
Naniel - Flute
Donny Fattah - Bass
Budi Haryono - Drum
Eet Sjahranie - Gitar
Raidy Noor - Gitar
Embong Rahardjo - Flute / Saksofon
Daftar Lagu
"Kesaksian" dari album Kantata Takwa (1990)
"Bento" dari album Swami I (1989)
"Hio" dari album Swami II (1991)
"Paman Doblang" dari album Kantata Takwa (1990)
"Bongkar" dari album Swami I (1989)
"Kantata Takwa" dari album Kantata Takwa (1990)
"Air Mata" dari album Kantata Takwa (1990)
"Cinta" dari album Swami I (1989)
Catatan Produksi
Menurut Sutradara Gotot Prakosa, rol film "Kantata
Takwa" saat disimpan pernah terendam banjir.
Pranala Luar
Ulasan "Kantata Takwa" di Blitzmegaplex
Kantata Takwa dan Panggung yang Redup - blog.liputan6.com
Referensi
^ Film Kantata Takwa Siap Beredar, diakses 25 Agustus 2009
^ Ketika Iwan Fals masih mirip Che Guevara, diakses 25
Agustus 2009
^ 'Kantata Takwa':Best Film 2008 of JAFF -
TempoInteraktif.com, diakses 25 Agustus 2009
^ Asia Pacific Screen Award Nominees Announced, diakses 25
Agustus 2009
^ Film Kantata Takwa Siap Beredar, diakses 25 Agustus
2009
---
Sumber Copas : https://www.facebook.com/pages/Kantata-Takwa/105467799486105#
Komentar
Posting Komentar