1)
Malam Terindah Katanya
Malam Terindah Katanya
Ini
adalah sebuah ungkapan
Bukan
cerita tapi nyata
Ini
adalah malam terindah
Entah
apa yang membuatnya
Menjadi
indah aku tak tahu
Malam
yang sangat berbeda
Dengan
malam yang tlah berganti
Ku
tak tahu dan sama sekali
Tak
mengerti
Mengapa
hati kecilku
Mengatakan
yang sedemikian
Menjadikan
malam ini
Adalah
sebuah malam terindah
Padahal,
tak ada kejadian
Tak
ada apa-apa yang membuat
Malam
ini menjadi lebih indah
In
yangi menimbulkan sebuah
Pertanyaan
yang linglung
Tad
ada pa-apa dimalam ini
Tak
ada yang istimewa juga
Tapi,
aneh! Hatiku mengatakan
Malam
ini sebagai:
“Malam
terindah”
Ah!
Tapi ini tak begitu penting
Yang
terpenting kuharus
Bermimpi
lebih awal dimalam ini
Juga
harus mimpi yang terindah
10
September 2014
2)
Kemenangan akhirnya tercapai
Ini
adalah kemenangan kita
Ya!
Kemenangan kita yang
Tertunda
oleh ketidakdisiplinan
Namun,
kita belajar darinya
Kita
belajar dari pengalaman
Pengalaman
yang mahal harganya
Memang
tak sia-sia kita berjuang
Berjuang
mati-matian
Latihan
seharian
Sampai
nafas diambang perbatasan
Antara
hidup atau mati
Ya,
karena kita hampir mati
Ini
adalah anugerah-Nya
Ini
adalah hasil jerihpayah kita
Ini
adalah marching kita
Tuhan
yang maha kuasa
Tlah
membalas usaha kita
Disini
kita dalam kesenangan
Kesenangan
yang tak terbatas
Kita
keluarkan ekspresi
Dalam
kesenangan yang sangat
Berarti
ini. (Vincero!!!) seru kita
Dan
kita tak akan lalai
Dalam
kesenangan ini!
13
September 2014
3)
Digagalkan oleh macet
Digagalkan oleh macet
Inilah
kota besar di negriku
Yang
selalu dilengkapi kemacetan
Dua
jam ku disini, di tengah kemacetan
Tak
ada yang dapat dilakukan
Selain
hanya bisa menonton
Tontonan
yang tak asing lagi
Sedang,
seorang nenek hanya
Tersenyum
melihat semua ini
Semua
rencana digagalkan
Begitu
saja tanpa dosa
Oleh
kemacetan yang selalu ada
Di
sepanjang jalan tujuan semula
13
September 2014
4)
Tugas esok tak terduga
Tugas esok tak terduga
Malam
ini,
Ku
dipenuhi tugas-tugas
Yang
tak terduga muncul
Diatas
lembaran buku tebal
Ketika
ku membukanya, dan
Tertulis
tanggal dan waktu
Pada
sabtu esok tlah menunggu
Tugas-tugas
yang terbentuk
Segitiga
ditengah lingkaran hitam
Menyajikan
pertanyaan
Tentang
sebuah rumus
Yang
harus ditemukan
Agar
menelusuri jawaban yang pasti
Sempat
tersesat dan hilang arah
Kemana
rumus berjalan sejauh ini
Namun,
kini tlah kembali
Pada
angka-angka yang pasti
Susah
gelisah kulaksanakan
Pusing
lelah ku kerjakan
Mimpi
indah ku korbankan
Sedang
mereka, secepat itu
Meninggalkan
jejaknya
Malah
asik dengan mimpinya
Pada
jarum jam yang masih muda
25
Agustus 2014
5)
Siang yang MERDEKA!!
Siang yang MERDEKA!!
Siang.
Kasihani
diriku
Empat
hari, ku tak menikmati
Waktumu
tuk memejamkan mata
Empat
hariku hanya makan ilmu
Di
waktumu
Tak
pernah makan mimpi
Ketika
waktumu tlah tiba
Siangmu
hari ini
Kanku
nikmati santapan mimpi
Sampai
sore tlah datang
Menggatikan
posisi siang
Empat
hari selalu
Dihidangkan
ilmu
Diatas
lembaran-lembaran buku
Tapi,
siang dihari ini
Merupakan
kemerdekaan bagiku
Menikmati
mimpi bersama larutnya siang
Menghindari
hidangan yang sama
Dengan
siang-siang yang tlah terganti
Siang,
panjangkan waktumu
Untukku
hari ini saja
Biarkan
sore bersabar
Menunggu
5
September 2014
6)
Berjuang tak berarti perang
Berjuang tak berarti perang
Telah
lama proklamasi dikumandangkan
Di
dengarkan sampai di pelosok negri
Untuk
kita penikmat kemerdekaan
Perang!?
Sudahlah tak perlu
Tak
perlu mengorbankan setetes darah
Untuk
kemerdekaan negri
Cukup
mengenang dan mengangkat tangan
Pada
pening dikepala
Menghadap
bendera pusaka
Tapi,
sayang sekali negriku ini
Para
orang elite malah berjuang tuk korupsi
Para
pejabat ingin dikursi yang lebih tinggi
Karena
mereka sama sekali tak mengerti
Apa
arti zuhud bagi manusia di negri?
Telah
lama sekali, mungkin
Kakek
yang mengerti
Yang
setiap kali memperingati
Selalu
bercerita nasib negriku dahulu itu
Proklamasi
sebagai api
Pengobar
semangat negri
Pancasila
menjadi dasar sebuah negri
Setelah
mencapai kemerdekaan itu sendiri
Selamat
ulang tahun negriku
Selamat
menyambut
Pemimpinmu
yang baru
17
Agustus 2014
7)
Rindu, telah lama pergi
Rindu, telah lama pergi
Aku...
Datang
menemuimu
Menagih
rindu-rindu
Yang
telah lama pergi
Dan
belum juga kembali
Aku...
Rindu
pada wajahmu
Yang
kini telah berganti
Rindu
pada keindahan dirimu
Yang
telah lama tak bertemu
Rindu
pada luasnya duniamu
Yang
banyak akan birunya tubuhmu
Dan
rindu-rindu yang tak dapat
Ku
jangkau dengan angan-anganku
Aku...
Lepaskan
rindu pada sepoi-sepoi angin
Yang
hadir menemani kerinduanku
Pada
ciptaan-Mu
4
Agustus 2014
8)
Jalan kehidupanku
Jalan kehidupanku
Drirmu...
Selalu
hadir dijalan waktuku
Dalam
impian yang tak menentu
Dan
tak akan pernah mampu
Menembus
dinding kehidupanku
Hadirmu
dijalan waktuku
Terkadang
membuat diriku buta
Akan
kata-kata yang kau tulis untukku
Juga
membuat diriku bisu
Mengucapkan
sebuah kepastian
Kehidupanku
seolah mengikuti
Sekenario
dirimu yang sengaja kau buat
Untukmu!
19
Agustus 2014
9)
Negeri bekas penjajah
Negeri bekas penjajah
Pahlawan
pejuang negri
Yang
mengorbankan darahnya
Demi
kemerdekaan NKRI
Merebut
kemerdekaan
Dari
tangan para penjajah
Yang
tak tau diri
Dengan
sebuah ancaman mati
Kemerdekaan
dibayar
Dengan
nyawa pahlawan
Negeriku
yang kini telah merdeka
Kembali
menemui hari jadinya
Bahkan
sampai saat ini yang ke-69
Tak
pendek tentunya bagi umur
Sebuah
negeri yang merdeka karena diri
Perjuangan
yang telah dilalui
Mengusir
penjajah tak tau diri
Yang
pernah menginjak tanah ini
Dan
mempekerjakan tak manusiawi
Inilah
negeriku yang telah setengah abad lebih
Menemui
kemerdekaannya
Karena
berhasil mengusir penjajah negeri
17
Agustus 2014
10)
Mata dan kelopaknya
Mata dan kelopaknya
Malam
membuat mata sedikit emosi
Yang
mengharuskannya menagih hak-haknya
Pada
sebuah pengadilan dengan hakim keolpak mata
Mata
semakin tak sabar saja pada sebuah malam
Dan
terus menagih janji seorang kelopak mata
Yang
pernah berjanji akan memejamkan dirinya
Pada
malam yang masih baru statusnya
Kelopak
mata yang telah berjanji pada awan merah
Ketika
sang surya kembali keperaduannya
Belum
juga mau menepati,
Karena
keduanya mementingkan
Dirinya
sendiri
5
Agustus 2014
11)
Tangisan Malam
Tangisan Malam
Malam
tiada berarti
Tanpa
keraguan hati
Merenungkan
diri
“Sebesar
apa dosaku ini?”
Tembok-tembok
yang mengelupas tak terawat
Pakaian-pakaian
yang menggantung pada paku
Menyaksikan
penyesalanku dengan yang Maha Robbi
Malam
tiada hembusan angin yang menyentuh pori
Tak
kusangka aku seperti ini, yang banyak akan dosa
Daun
yang biasanya berguguran tak terlihat lagi
Nyamuk
yang biasanya menghisap darahku
Kini
menjadi mahkota mengelilingi kepalaku
Malam
penyesalan dosa-dosa yang dilalui
Karena
hanya nafsu yang diikuti
Seolah
mudah tergoda oleh bisikan dusta
Inikah
diriku wahai Robbi
Akankah
Engkau menerima penyesalanku?
1
Agustus 2014
12)
Menunggu kepastian
Menunggu kepastian
Kepastian
yang tak jua datang
Masih
saja kau setianya tunggu
Sampai
kapan kepastian itu akan datang?
Akankah
engkau datang ketika kami tlah lelah
Menunggu!?
“Tinggalkan
saja kepastian-kepastian yang tak pasti!”
Itu
hanya omong yang bernafsu!
Tapi
berfikirlah!
Yakinlah!
Bersabarlah!
Kepastian
akan segera hadir
Menghampiri
kelelahan kita
Tak
akan mengecewakan kita
25
Juli 2014
13)
Kemenangan yang fitri
Kemenangan yang fitri
Ketika
takbir telah berkumandang
Dimana-mana
dengan merdunya
Ketika
ramadhan benar-benar
Telah
melambaikan tangannya
Malam
kemenangan datang menghampiri
Sebagai
hadiah atas Ibadah sebulan kemarin
Kini
di hari yang fitri
Semoga
kita benar-benar dalam kemenangan
Dan diri kita kembali dalam kesucian
Kita
jadikan momentum fitri
Sebagai
penghapus dosa kita
Pada
sanak family, kerabat
Dan
rekan-rekan kita
Di
hari yang fitri ini
Tiada
ucapan yang suci sesuci
“SELAMAT
HARI RAYA IDUL FITRI”
Tiada
permohonan yang diridhoi selain
Permohonan
maaf yang terdalam
Semoga
hari yang fitri benar-benar dan mensucikan
Dalam
diri kita –Umat Muslim
27
Juli 2014
14)
Tidur Malamku
Tidur Malamku
Malam
yang semakin larut menghampiri
Mata
mulai merasakan berat keluh lelah
Bekerja
seharian melihat yang dilihatnya
Tak
kuasa menahan egonya masing-masing
Semakin
lama semakin sepi meninggalkan mimpi
Kelopak
mata yang hanya menghitung detik
Akan
menutup diri dengan sendirinya
Malaikat-malaikat-Nya
menemani malamku
Tembok-tembok
menjaga tidur lelahku
Bantal
guling dan selimut menghangatkan tubuhku
Semua
telah usai pekerjaan telah selesai
Tinggal
bedo’a dan menghias malamku
Dengan
mimpi yang menenangkan tidurku
Dan
kini menutuplah pintu mataku,
Selamat
tinggal soreku
Selamat
datang malamku
Pagi,
selamat menantikan diriku
2
Agustus 2014
15)
Hidup pada garis kemiskinan
Hidup pada garis kemiskinan
Mereka
yang hidup pada garis kemiskinan
Selalu
dihantui oleh serba kekurangan
Nasibnya
membuat kita sedih
Merasakan
penderitaan orang-orang
Seperti
mereka
Apalagi
menyekolahkan anaknya
Makan
sehari-haripun tak pernah ada
Pakaian
clontang-clonteng penuh tambal
Apalagi
perlengkapan bayi
Imunisasipun
tak pernah
Rumah
dipinggir bantaran rel kereta api
Beberapa
kali ditangkap satpol PP
Hidup
bergantungan pada pemberian orang
Mengamen,
minta-minta, rongsokan dicari
Semuanya
dilakukan demi hidup keluarganya
Bansos,
raskin salah sasaran tak merata
Orang
mampu minta BSM, BOS
Harta
negara dikuras politisi berdasi
Yang
duduknya dikursi bekerja lain sisi
Jadinya
yang kaya makin kaya
Yang
tak mampu makin terlalu
Inikah
negriku
Akankan
harapan mereka direalisasi?
Tuna
wisma dimerdekakan?
2
Agustus 2014
16)
Kisah kasih
Kisah kasih
Kutemukan
kisah pada album foto
Yang
menyimpan berjuta kenangan
Pada
almari yang telah ropoh
Berbagai
foto ada didalam album
Yang
umurnya tak dapat diperkirakan
Bahkan
tak terlihat gambar hanya
Sebuah
kalimat dibalik foto yang terlihat
Dulu
pernah bersatu
Karena
keinginan tak dapat bersatu
Satu
persatu memisahkan waktu
Tapi
mungkin itu
Hanya
sedikit nafsu
Yang
sempat vakum beberapa waktu
Tapi
kini..
Kita
kembali bersatu
Dalam
alunan lagu
Musikalitas
khas kami tak tersapu
Tetap
terukir walau harapan palsu
Namun
akhirnya kau tahu dan semua tahu
Kamilah
yang nomor satu walau
Kami
memakai nama yang baru
7
September 2014
17)
Malam yang berbeda
Malam yang berbeda
Malam
ini tak lagi menjadi es
Yang
setiap malam harus berselimut
Malam
ini justru menjadi selimut
Yang
menyelimuti tidurku pada malam
Malam
ini malam termuda
Karena,
malam menina bobokkanku
Pada
awal malam yang baru hadir
Berbeda
dengan malam biasanya
Yang
menina bobokkanku
Pada
sepertiga malam terakhir
Malam
ini malam teristimewa
Karena,
malam menyeimuti
Tidurku
menjadi tak terkalahkan
Tidurku
melepas amarah,
Masalah,
dan lelah
Malam
ini malam terpanjang
Karena,
malam menidurkanku
Pada
awal kedatangan malam
Malam
ini malam segala malam
Karena,
malam memberiku semua malam
Menjadi
satu malam yang menyenangkan
Juga,
karena malam ucapkan met tidur padaku
3
Agustus 2014
18)
Subuh menanti
Subuh menanti
Subuh
nanti, tugas-tugas datang
Menanti
janji-janji pengikutnya
Sekarang
malam, menantikan tidurku
Karena
malam mendapat pesan dari subuh
Pesan
yang setiap malam masuk pada malam
Yang
menantikan diriku datang menemui
Menemui
sang subuh tepat pada waktunya
Karena,
subuh-subuh yang telah berlalu
Selalu
dilewati pengikut setianya
Bukan
setia menepati janji, malah setia mengingkari
Subuh,
mungkin nanti aku berhenti menemuimu
Malam
membalas pesan subuh, tertulis:
Intinya
meng-iyakan penantian subuh
Dan
malampun setiap kali
Mengopyak-opyak
pengikut subuh
Tuk
datang menepati janji pada subuh
Pada
pemberitahuan tertulis
“selamat
menanti ya, subuh
Semoga
pengikutmu menghampirimu”
Sebuah
kalimat pesan dari malam
Dan
subuhpun membalas
“selamat
tidur, malamku”
12
Agustus 2014
19)
Kaya, tak pelit tapi sombong
Kaya, tak pelit tapi sombong
Tiga remaja berpakaian koko celana panjang
Melangkah ragu menuju istana berlapis emas
Konon, istana itu milik pejabat yang sangat kaya
“Assalamu’alaikum”
Disentuhnya bel dipinggir pintu
Dibukanya pintu otomatis dikawal dua ajudan
Dipersilahkan duduk tiga remaja diatas sofa
Rupa-rupanya remaja itu meminta sumbangan
Pembangunan gedung suci disekitar pemukimannya
Diambilkannya koper bergembok emas murni
Dengan sombong menghubungi wartawan,
Reporter media elektronik bahkan media cetak
Diambilnya lima ratus juta dari koper lapis emas
Sambil menginstruksikan untuk meliputnya
Tiga remaja itupun menerimanya
Dan keluar dari istana pejabat sombong
Berjalan pulang sambil menggelengkan kepala
4 Agustus 2014
20)
Sore telah tiba
Sore telah tiba
Sore..
Takkan lama kau tiba
Ucapkan salam pada-Nya
Temui Dia diwaktu-Nya
Jangan sampai kutertinggal
Jauh sendirian disana
Tanpa imam tanpa teman
Jangan sampai kuberdiri
Sendiri menemui perintah-Nya
Ku yakin sore ini ku bersama
Orang-orang yang menemui
Perintah pencipta-Nya
Dengan imam didepan
Dan makmum yang melimpah
Sore..
Telah tiba meninggalkan
Malam sendirian ditempatnya
Entah akan sampai kapan sore
Ditempat-Mu ini
Salam kasihku
21 September 2014
21)
Malam kasihku
Malam kasihku
Malam kekasih
Ku akan berupaya menemuimu
Dalam lima kali sehari
Dengan waktu yang tepat
Karena, ku ingin seperti
Matahari dan rembulan
Yang menjalankan perintahmu
Tepat pada waktumu
Kasihku
Ijinkan aku bersujud diatas bumimu
Yang beralaskan sajadah suciku
Menyembah dan memohon
Ampunan kepadamu
Angin, sampaikan ucapan malamku
Kepada penciptamu
Jangan engkau sangkutkan
Pada reranting pring
Yang panjang dang bercabang
Dan,
Ombak, sampaikan salamku
Pada kasihku kasihmu juga
Jangan engkau biarkan
Salamku tenggelam dilautan
Dan jangan engkau biarkan
Salamku ditelan ikan hiu ciptaanmu
21 September 2014
---
"Puisi Tanpa Penyair" nama penulis puisi ini sengaja kami 'simpan` untuk menjaga kenetralan Anda dalam mengapresiasi. Puisi ini akan dibedah pada agenda NgopiSastra #1 PSK, Selasa, 7 Oktober 2014. Salam Sastra ~
---
"Puisi Tanpa Penyair" nama penulis puisi ini sengaja kami 'simpan` untuk menjaga kenetralan Anda dalam mengapresiasi. Puisi ini akan dibedah pada agenda NgopiSastra #1 PSK, Selasa, 7 Oktober 2014. Salam Sastra ~
Komentar
Posting Komentar