PEMENANG LOMBA CIPTA PUISI MENGENANG CHAIRIL ANWAR | 28 APRIL 2015

(Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara)*
JUARA 1
Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara 
(Kalimantan Selatan)


SAJAK EMAS UNTUK SEORANG PENYAIR 45: 
CHAIRIL ANWAR 

di tengah malam piatu, aku teringat seorang penyair pelopor angkatan empat lima
yang merawi hari-harinya begitu bengis, nista dan sangsi
bertahun berjalan antara tajam kerikil dan rantai belenggu
tak pernah takhluk tak mau tunduk pada kekuasaan pada takdir sekalipun
dari masa depannya yang terampas dan harapan-harapannya yang putus
menjaga dan membikin janji dengan Bung Karno
Bung Hatta, dan Sjahrir, maju bersama Diponegoro
kepada nasrani sejati dan pemeluk teguh
sebagai penyair berani mati mengabdi untuk negeri
bersatu seurat senadi di lautan api

Chairil, segala kenyataan kau ajarkan
penyaduran bagi generasimu tapi apalah mereka perduli
mereka hanya tahu kobar semangat, didih darah panasmu dan segala gejolak penghabisanmu
kau titipkan untuk penerusmu dari Krawang-Bekasi
untuk memaknai dan mengenalkan arti mempertahankan nyawa
dan bagaimana cara untuk disebut Merdeka!
bagi yang terserak si mati kepada yang menggebuh si hidup

daun-daun cemara menderai, meski gugur layu tapi jiwa juangmu tak pernah kering
kami mengenangmu pada senja saat di pelabuhan kecil terbayang kami padamu, Chairil
terasa tangan kasarmu membelai dari kehidupan kebinatanganmu
begitulah rahasia maut mempertunjukkannya kepada kita
sekalipun jam dinding berdetak kita tak dapat menerka
yang kita punya hanya teguh perlawanan dari kulit dada yang terkoyak
dan kepercayaan dari hati pendahulu

Tuhan tak hanya berada dalam kepul asap punting rokokmu yang bertebaran, Chairil
melainkan berjalan beriring dengan diri dan bayanganmu menyusur setiap malam
menyisir dalam hening dan sepimu
dalam kesendirianmu, dalam kegelisahanmu

Chairil, betapa sayang kau mati muda
padahal sebelum sempat berpeluk dengan cintamu, karena ajal menjeputmu lebih dulu
kepada Sri Ajati, Dien Tamaela, Gadis Rasid, Ina Mia
sampai kekasih-kekasih manis dan kerabatmu yang jauh di seberang-seberang pulau

di Karet, 3-4 kaki di bawah tanah engkau tenang
tapi di atas tanah kesaksian ini kami tergetar-getir, terpingkal-pingkal
menyalakan dan memberi ruh pada larik-larik dan bait-bait sajak emasmu
sementara duka terus bertakhta membungkam segala hakikat kata
begitu tentramkah kematian itu Chairil? sungguh kita tak bisa berpaling
kapal-kapal dan perahumu telah jauh berlayar membawa sedu sedanmu di keluasan lautan lain
angin pegunungan dan cuaca mendayu berputar pada luka musim yang lain
tapi malam tetap seperti dahulu setia menyua menjamu bulan, bintang dan mimpi terang
dalam doa melati dan perjuangan mawar
kami minta seribu tahun lagi melanjutkanmu, Binatang Jalang


Banjarmasin-Karet, 2015


*
terlahir di Kalimantan Selatan, 5 Juni 1994, menikmati hidupnya dengan membaca, menulis, belajar dan berbagi. Sampai sekarang masih aktif bersastra dan berkesenian di Sanggar Buluh Marindu yang didirikannya di kota Seribu Sungai, Kalimantan Selatan. Alamat: Padang Barikin, rt. 05, rw. 03 kec. Haruyan, kode post. 71363, kab. Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Email. rezqieatmanegara@yahoo.com, Kontak. 085248005888

Komentar